Sekitar pukul 14:30 WIB dengan segala alibi
keterlambatan akhirnya kami berkumpul pada meeting
point rumah Mas Heri Riyanto di dekat
Kantor Gubernur Lampung, dan akhirnya kami pun dapat memulai perjalanan menuju Pantai
Sari Ringgung yang terletak di Desa Sidodadi Kecamatan Padang Cermin Kabupaten
Pesawaran Provinsi Lampung.
Dalam perjalanan yang sifatnya dadakan ini kami
kesemuanya berjumlah enam orang yakni: Mas Heri Riyanto (@erith059); Mifta
Yantra (blum ada twitter); Indra Kurniawan (@indrasod); Mahfud (blum ada
twitter); saya (@Satrya13) dan Istri saya Essy Refikha (@essyrefikha), berjalan menggunakan
3 motor menuju pulau tegal untuk snorkling yang belum pernah kami lakukan
sebelumnya (kecuali Mas Heri dan Mahfud yang mungkin terlahir di tepi pantai, hehe).
Perjalanan menuju Pantai Sari Ringgung memakan
waktu kurang lebih selama 1 jam perjalanan menggunakan motor. Sepanjang perjalanan kami
sempat berhenti sejenak di rumah makan padang yang ada di jalan yang kami lalui untuk
dapat mengisi logistik makanan, karena aktivitas snorkling membutuhkan energi yang tidak
sedikit sehingga perut harus dalam kondisi fulltank. Jalan yang kami lewati cenderung mulus dengan sedikit shocking jalan berbatu dan lubang,
dapat dimaklumi mengingat lalu lintas kendaraan yang melalui jalan tersebut cukup padat.
Mas Heri dan Mahfud (yang dalam bahasa Indianya
dapat diterjemahkan sebagai Vijay dan Vikram) melaju di depan dengan Honda Mega Pro
(motornya lelaki) sebagai voorijder, Mifta
dan kekasihnya Indra (a.k.a Olenk) berada ditengah menggunakan Yamaha Mio, sedangkan saya dan istri saya mengikuti dari
belakang dengan menumpang Scorpio Z.
Meski sempat salah arah ke Pantai Mutun, karena kami tertinggal
cukup jauh dari sang voorijder, akhirnya sekitar
jam 15:30 WIB kami tiba di Pantai Sari Ringgung, sejenak istirahat dengan makan
nasi padang plus kerupuk, kami melanjutkan perjalanan menyebrang Pulau Tegal dengan
menggunakan perahu ketek bermesin yang sebelumnya telah dinego ongkosnya oleh
Mahfud senilai Rp 120.000,- (namun realisasinya tetap membayar Rp. 150.000,- karena kemalaman)
Laut sore kali ini cenderung tenang dengan sedikit
ombak yang menyambut perahu kami, sensasi miring kanan-kiri hampir "karam" tidak dapat dilepaskan
dari paket perjalanan menggunakan perahu yang dinahkodai oleh Bapak Anonim ber-hape. Untuk mengantisipasi
agar tidak mati tenggelam, beberapa diantara kami menggunakan lifejacket (sekedar buat jaga-jaga saja menutupi rasa takut).
Sejurus 45 menit kemudian, akhirnya kami tiba juga di Pulau Tegal.
“Ternyata dimana-mana ada anjing ya?” itulah
ekspresi Indra saat tiba di Pulau Tegal, maklumlah dia memang sedikit trauma
dengan anjing, hehe. Pulau Tegal kondisinya cukup sepi dan nyamanan buat berlibur, namun sayangnya di bibir pantai terdapat beberapa sampah yang berserakan mengurangi keindahan pemandangan alam. Ternyata perjuangan tidak berhenti di sini, kami pun masih harus
berjalan kaki sekitar 7 menit melewati alang-alang untuk dapat tiba di bagian luar Pulau
Tegal yang dapat digunakan untuk tempat snorkling.
Dengan menggunakan perlengkapan snorkling
(kacamata, life jacket dan kaki katak), kami mulai mencicipi indahnya pantai Pulau
Tegal. Sedikit ragu-ragu untuk mulai menyelam, namun berkat personal guarantee dari Mas Heri yang pernah snorkiling disini (konon
katanya dia akan sakau jika sebulan tidak melihat laut seperti superman melihat batu kripton), maka kita memberanikan diri
untuk dapat terus berenang lebih ketengah dari tepian pantai. Ternyata di
dasar laut banyak terdapat terumbu karang, dan biota laut yang cukup menarik
untuk di lihat. Ikan-ikan laut serasa menyapa kami saat berenang melintasinya.
Namun kewaspadaan dan sikap hati-hati tetap harus terjaga, karena di dasar laut
tidak semua biota aman kita sentuh dan juga banyak terdapat bulu babi yang panjang.
Sehingga cukup berbahaya untuk sentuh ataupun dipijak.
Hampir selama satu jam kita menikmati
pengalaman snorkling di Pulau Tegal, selanjutnya setelah merasa cukup lelah kami semua menepi untuk
menyudahi kegiatan. Namun tidak serta merta kami kembali ke Pantai
Ringgung, karena masih ada sesi foto narsis yang sangat perlu untuk diupdate di
media sosial. Harusnya kami dapat berfoto di dalam air, namun karena kebodohan
kami maka hal tersebut urung terlaksana karena kamera kedap airnya lowbat.
Sehingga sesi foto pun hanya dapat dilakukan di tepian pantai Pulau Tegal dengan menggunakan kamera ponsel.
Setelah puas melakukan sesi foto-foto, kami
kembali naik perahu ke Pantai Sari Ringgung. Setiba di sana disambut dengan adzan magrib.
Sedikit bilas dan beres-beres, tak lupa melakukan pembayaran terhadap biaya
kapal dan parkir motor. Kami kembali pulang secara berkonvoi ke rumah
masing-masing dengan perasaan yang puas melihat keindahan alam. Kami berpisah
di dekat Kantor Gubernur, dengan pesan untuk segera email dan tag hasil foto
narsisnya. Sampai jumpa di trip berikutnya guys!!!
Post a Comment