Pada masa-masa pubertas dulu (gw juga agak lupa kapan mulainya gw puber) yah pas waktu duduk di bangku SMP, telepon rumah (yang dulu sempet digembok nyokap karena pulsa membengkak) adalah alat favorit berpacaran selain telepon umum coin (yang dulu suka dikasih tali uang koinya biar bisa dipake berulang-ulang, hehe), nah bagi temen-temen yang agak berduit masih bisa nyicipin ademnya kipas angin Wartel alias Warung Telekomunikasi (yang itungannya per menit).
Beranjak SMA saat masih jadi anak band, khususnya pada masa kelas 3 SMA, gw pertama kali berkenalan dengan handphone, yang mana Sony Ericsson T100 menjadi gadget pertama gw (dengan kisaran harga beli dulu sekitar di atas sejuta rupiah, kalo dipikir-pikir cukup mahal buat hape yang cuma bisa nampilin warna hitam-biru-abu2 doang) mendampingi sampai dengan gw lulus SMA. Gw masih inget pada masa itu lagi beken ngobrol 2 detikan (haha brasa bodoh yaa kalo dikenang kembali).
Selanjutnya di dunia kampus, gw coba ganti ponsel T100 (dijual dengan adeknya temen seharga Rp. 300 ribu, sedih kalo inget harga belinya yang cukup mahal yaa) dengan ponsel sejuta umatnya nokia seri 3530 (getaranya dahsyat bikin boros batere) yang sudah layar berwarna dan poliponik, tuh hape pernah gw ajak nonton piala asia di Gelora Bung Karno Senayan (Indonesia vs Singapore) tahun 2004 dan sudah barang tentu setiap kali gw nontong langsung pertandingan Timnas Indonesia maka selalu kalah dan kadang berakhir rusuh (mungkin itu salah satu alasan Pabrikan Game Konami gak masukin Negara Indonesia dalam Winning 11 Playstation, karena gak ada tombol di stik Playstation yang bisa bikin pemain tawuran dan lempar kembang api/mercon di lapangan, haha kidding).
Namun rupanya kebersamaan gw dengan si raja getar nokia 3530 cuma 8 bulan saja, selanjutnya (setelah menabung hampir setengah tahun) impian punya hape multimedia gw wujudkan dengan Nokia Ngage QD yang gak malu-maluin diajak gaul pada masa itu (dulu suka maen game the sims dan Fifa di hape plus muter Ultra MP3). Ada sejuta kenangan dengan Nokia Ngage QD yang telah mengantarkan gw lulus kuliah S1 dan diterima kerja serta "kencan" dengan cewek-cewek yang pernah baik dengan gw dan saking cintanya tuh hape tewas di Bengkulu akibat tereksploitasi dengan kondisi penuh lingkaran karet gelang membalut bodynya yang udah renggang (sampe saat ini pun almarhum Nokia Ngage QD gw simpan di lemari pakaian, hehe).
Angin segar ekonomi akibat telah bekerja mulai terasa, sebagai gantinya Almarhum Ngage QD, gw memilih Nokia Seri Comunicator 9300 sebagai gadget andalan (meskipun bentuknya sebesar batu bata, namun tetap prestise memakainya saat itu), sayangnya umurnya gak lama tuh gadget berpindahtangan akibat kelalaian gw, yahhh mungkin bukan rezki yaa atau karena uangnya gak jelas asal usulnya, hehe
Gak mau ketinggalan dengan era qwerty, pada tahun 2009 gw beli Nokia Seri e63 yang cukup elegan buat mendukung mobile office dan fiturnya cukup mendukung keperluan sehari-hari. Namun Era Android membuat gw tega menumbalkan Nokia E63 untuk tambahan dana beli hape Samsung Galaxy Spica (hape layar sentuh pertama yang sampe sekarang masih oke).
Karena kesibukkan yang semakin bertambah gw butuh secondary phone, yang silih berganti Samsung Beat (dihibahkan ke Ade), Samsung Qwetry Windows Mobile 6.0 (hilang di Kapal Merak Bakauheni), Samsung Chat 335 wifi (dijual buat tambahan dana) dan terakhir adalah Samsung Galaxy Ace yang sampe saat ini menjadi duet setia mendampingi Samsung Galaxy Spica dalam menjalani daily life.
Mungkin diantara kalian punya kenangan tersendiri dengan sebuah Handphone, karena gw sangat percaya sebuah kata-kata bijak dari Pemilik Konter Hape: Setiap Hape memiliki cerita tersendiri untuk dikenang! (terkesan sok bijak ya, hehe). Satu hal yang paling gw ingat adalah seumur hidup gw cuma sekali beli hape baru yaitu Sony Ericsson T100, sisanya gw selalu beli hape second yang didasari prinsip ekonomi (yang pasti diamini oleh teman2 berdana minim yang mau gaya):
"Setiap barang baru pasti menjadi barang second, dan setiap barang second yah selalu tetap menjadi barang second"
"Setiap barang baru pasti menjadi barang second, dan setiap barang second yah selalu tetap menjadi barang second"
Well written. Well chosen words.
ReplyDeleteHapemu yang banyak lagunya yang mana? Sebelum communicator itu ya... Yang ada lagu Bad day.. Sm;)e. Nice light story... Looking forward to reading your next story!
Post a Comment