Kok panggungnya kecil ya? itulah spontan kata hati saat
pertama kali melihat panggung konser Claspherience (The HD Music Experience) dengan nuansa putih di
Grand Ballroom Hotel Novotel Bandar Lampung tanggal 7 Juni 2013. Sedikit
meremehkan mungkin atau rasa maklum sebagai penikmat musik, mengingat harga
tiket masuk (kelas festival) yang cuma Rp. 80.000,- (tiket plus rokok clasmild & korek api) untuk menyaksikan penampilan
live 3 musisi nasional berkelas, Sandhy Sandoro, Bunga Citra Lestari (BCL) dan
Once.
Sedikit perjuangan dengan antri posisi berdiri
(maklumlah tiket kelas festival), cukup berbeda dengan fasilitas tempat duduk yang didapat rekan saya (@martikamaisa) di kasta VIP. Sesuai jam pertunjukan tertulis dalam tiket Pukul 19:00 WIB, dan lagi-lagi tidak on time hingga sekitar
Pukul 20:00 WIB pertunjukan baru di mulai dengan “aksi pemanasan” lighting 3
Dimensi yang mendukung konser malam ini. Tertegun sejenak melihat kemampuan
teknologi hight definition (HD) yang ditampilkan pihak penyelenggara, ditambah settingan sound system doubly yang pas, membuat suasana konser malam itu tidak seperti konser biasa tetapi
lebih berasa nonton konser musik bercitarasa bioskop.
Malam itu saya (@Satrya13) dan istri saya (@essyrefikha) berupaya datang tepat waktu, dengan asumsi dalam konser tersebut tidak ada band pembuka karena banyaknya musisi yang terlibat dalam konser Claspherience. Perjuangan datang awal pun tidak sia-sia mengingat kami berhasil mendapatkan angel view depan yang cukup nyaman (di kelas festival). Sandhy Sandoro (artis lokal yang punya nama di kawasan eropa karena pernah menjuarai kompetisi musik di Negara Latvia) membuka konser Claspherience tepat pukul 20:00 WIB disambut dengan tepuk riuh para penonton yang hadir (meskipun dalam hati saya masih asing dengan musik Shandy Sandoro), hanya dua lagu milik Shandy Sandoro yang saya tune in berjudul “Tak Pernah Padam” dan “Malam Biru”.
Dalam konser tersebut, penonton tidak hanya
disajikan musisi sungguhan, tetapi juga tata lighting yang dapat membuat “artis
kloningan digital 3D” yang cukup memukau penonton. Sehingga cita rasa yang
ditampilkan dalam konser berbeda dari konser yang pernah saya saksikan
sebelumnya.
Ada hal yang cukup mengejutkan kami penonton di
kelas festival, ternyata para musisi tidak hanya menyapa penonton berduit di
kelas VIP, tetapi juga dating berdekatan langsung dengan “mini second stage” yang
secara kebetulan berada tepat di depan kami berdiri. Sehingga kami
berkesempatan melihat langsung artis tampil dari jarak yang sangat dekat kurang
dari 20 cm.
Sebagai penampil kedua, Bunga Citra Lestari (BCL)
memukau penonton dengan 6 lagu yang cukup populer antara lain: Cinta Pertama (sunny), Pernah Muda, Seharusnya, Karena Kucinta Kau, OST Habibi dan Ainun (setidaknya saya lebih kenal
lagunya BCL dibandingkan lagunya Shandy Sandoro), sehingga banyak penonton yang
ikut bernyanyi bersama. Lagi-lagi sama seperti Shandy Sandoro, BCL pun tidak
mau ketinggalan ikut turun ke “mini second stage” menyapa “warga” kelas
festival.
Sepertinya pihak penyelenggara paham betul bahwa
Once (eks. Vokalis band Dewa) memiliki fans yang tidak sedikit di Kota Bandar
Lampung, sehingga ketika alur konser sudah sangat panas, maka Once pun tampil
selaku musisi penutup konser Claspherience. Lantunan lagu yang sangat popular seperti
Simpony yang indah, Aku Mau, Matilah Kau, Pasti Untukmu, Ingin Ku Bunuh Pacarmu dan OST. Dealova membuat penonton bersemangat ikut
bernyanyi bersama. Memang pantaslah Once memilih bersolo karir karena skill teknis
dan non teknis yang dimiliki cukup mumpuni dan terus berkembang.
Di penghujung pertunjukan, trik lama “pura-pura
pulang” yang biasa digunakan oleh musisi dilakukan Once, namun yang lebih
mengejutkan penonton diberikan bonus tambahan 2 lagu yang ditampilkan secara
berkolaborasi antara Shandy-BCL-Once membawakan lagu Bento (Iwan Fals) dan Viva
La Vida (Coldplay).
Secara keseluruhan pertunjukkan konser Claspherience
cukup memukau, penampilan live para
musisi pun dilakukan penuh kesempurnaan. Setidaknya itulah pendapat saya bahwa
suara asli Shandy-BCL-Once memang sebagus suara rekaman.
Catatan menarik terkait korelasi
erat antara musik dan produsen musik yang sejak dahulu berpartner erat. Selain Claspherience, banyak konser musik yang disponsori produsen rokok mulai dari event besar (seperti A mild
Soundrenalin, Star mild chill out, Djarum Rock Festival, Java Jazz) hingga event kecil (seperti konser di kota
kecil yang umumnya disponsori oleh rokok sejati, jarum cokelat, dll). Sehingga dapat dikatakan bahwa dukungan dana produsen rokok selaku sponsor merupakan urat nadi konser musik di Indonesia, tentunya dengan reward kesempatan promosi produk rokok yang bersangkutan.
Namun dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 109 tahun 2013 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan yang mulai berlaku efektif tahun 2014. Secara khusus dalam ketentuan Pasal 36 pada prinsipnya mengizinkan produsen rokok menjadi sponsor suatu kegiatan dengan persyaratan:
Dengan ketentuan tersebut, apakah masih ada produsen rokok yang bersedia menjadi sponsor musik secara cuma-cuma tanpa diikuti dengan promosi produk? bukankan selama ini dalam kegiatan konser musik telah terjalin simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan antara artis, penyelenggara dan produsen rokok yang menjadi sponsor? akankah musik Indonesia masih bergairah di tengah era agresi pembajakan hak cipta?
- Tidak menggunakan nama merek dagang dan logo produk tembakau; dan
- Tidak bertujuan mempromosikan produk tembakau;
- Tidak dapat diperkenankan menjadi sponsor bagi kegiatan yang diliput media massa.
Dengan ketentuan tersebut, apakah masih ada produsen rokok yang bersedia menjadi sponsor musik secara cuma-cuma tanpa diikuti dengan promosi produk? bukankan selama ini dalam kegiatan konser musik telah terjalin simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan antara artis, penyelenggara dan produsen rokok yang menjadi sponsor? akankah musik Indonesia masih bergairah di tengah era agresi pembajakan hak cipta?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terbukti dengan bergulirnya waktu, kita simak saja apa yang akan terjadi dengan industri musik indonesia ketika Peraturan Pemerintah Nomor 109 tahun 2013 berlaku efektif terhitung mulai awal tahun 2014. Semoga konser musik sekelas Claspherience masih tetap ada di tahun yang akan datang.
Infonya bermanfaat sekali, terimakasih sudah sharing.
ReplyDeleteOh ya, sekedar informasi tambahan, bagi yang membutuhkan Genset Syncronize untuk keperluan berbagai macam event seperti pesta ultah, pernikahan, pameran, dll. Bisa menghubungi kami Arthur Teknik.
Untuk baca artikel-artikel terbaru dari kami bisa cek di sini : http://blog.arthurteknik.com/
Post a Comment