Mungkin banyak diantara kita yang berkeyakinan
bahwa kaya adalah kondisi seseorang yang memiliki rumah mewah, kendaraan mewah,
pakaian mewah dan sering berpergian keluar negeri serta bisa membeli segala sesuatu
yang diinginkanya. Well, itu bukan
pemikiran yang salah karena kita terlalu sering melihatnya dalam berbagai
cerita film/sinetron.
Dalam kesempatan ini saya ingin mendefinisikan
arti kata kaya secara lebih realistis yang menurut saya adalah kondisi
seseorang yang karena tekad dan kemampuan mengatur kondisi keuangannya hingga
dapat mencapai segala tujuan hidupnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang
secara konsisten. Disini titik beratnya adalah dalam sisi perencanaan keuangan
melalui jalan: memiliki harta produktif; mengatur pengeluaran yang diperlukan
(bukan yang diinginkan); hati-hati dengan utang; memiliki deposito untuk masa
depan, serta yang tidak kalah penting adalah memiliki proteksi (asuransi).
Beranjak dari definisi di atas,
terdapat tiga kategori kelas keuangan seseorang yakni: kategori miskin;
kategori menengah; dan kategori kaya, dengan contoh ilustrasi sebagai berikut:
- Kategori Miskin, apabila seseorang memiliki penghasilan (misalnya) Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) per bulan namun seluruh penghasilannya habis untuk biaya hidup. Dengan kata lain tidak ada sepeser pun uang tersisa di akhir bulan untuk dapat ditabung/diinvestasikan;
- Kategori Menengah, apabila seseorang memiliki penghasilan (misalnya) Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) per bulan, dengan pengeluran biaya hidup bulanan Rp, 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah). Sehingga masih memiliki sisa uang Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) untuk belanja harta konsumtif seperti: televisi, gadget; busana; mobil; sofa dan perabot rumah tangga lainnya (baik secara tunai maupun kredit). Kategori ini jelas lebih baik, namun yang perlu digarisbawahi adalah penghasilan yang dimiliki belum ada yang dialokasikan untuk investasi/tabungan;
- Kategori Kaya, apabila seseorang memiliki penghasilan (misalnya) Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) per bulan, dengan pengeluran biaya hidup per bulan Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah), alokasi pembelian harta konsumtif (seperti cicilan mobil, motor, perabot rumah tangga) Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) dan alokasi tabungan/investasi/proteksi asuransi Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah).
Dalam konteks perencanaan keuangan, berapa pun
besar penghasilan yang kita miliki tidak akan menjamin kita bisa mengumpulkan
harta kekayaan. Menjadi kaya bergantung 100% pada perencanaan yang kita lakukan
terhadap keuangan yang kita miliki secara konsisten.
Inspirasi bacaan: Siapa bilang jadi karyawan
nggak bisa kaya? (Safir Senduk: 2008)
boleh jg lu boy
ReplyDeleteTrimakasih sudah berkunjung gan, gw lagi belajar merencanakan keuangan gan, blajar nulis2 juga
ReplyDeletePost a Comment